Agama Islam menjadi demikian populer dan besar namanya di Nusantara tak lepas dari peran Wali Songo. Wali Songo adalah sembilan tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di pulau Jawa pada abad ke-14 hingga ke-18.
Istilah Wali Songo berasal dari kata wali (bahasa Arab) yang artinya wakil dan sanga (bahasa Jawa) yang artinya sembilan.
Arti Wali Songo
Dalam bahasa Jawa, Wali Songo berarti wali yang sembilan, menandakan jumlah para wali yang ada sembilan. Namun ada pendapat lainnya yang mengatakan bahwa songo/sanga adalah turunan dari bahasa Arab tsana yang berarti mulia.
Ada juga yang menyebutkan bahwa Wali Songo adalah sebuah majelis dakwah kreasi dari Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim di tahun 1404. Tak cuma berdakwah, ajaran Wali Songo memberikan dampak untuk sejumlah budaya baru di masyarakat Jawa, seperti kesehatan, bercocok tanam, perdagangan, kebudayaan, seni, kemasyarakatan sampai ke pemerintahan.
Kesembilan tokoh tersebut dipanggil dengan sebutan sunan yang berasal dari kata susuhunan. Gelar sunan hanya diberikan untuk orang-orang yang diagungkan dan dihormati.
Berikut kesembilan tokoh Wali Songo yang terkenal.
1. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa Barat, khususnya Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah pendiri dinasti kesultanan Banten yang dimulai dengan putranya, Sultan Maulana Hasanudin. Pada tahun 1527, Sunan Gunung Jati menyerang Sunda Kelapa di bawah pimpinan panglima perang Kesultanan Demak, Fatahillah.
Sunan Gunung Jati merupakan sosok yang cerdas dan tekun dalam menuntut ilmu. Karena kesungguhannya, ia diizinkan ibunya untuk menuntut ilmu ke Makkah. Di sana, dia berguru pada Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Tak lama kemudian, ia lanjut ke Mesir dan berguru pada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab Syafi’i. Di sana, Sunan Gunung Jati belajar tasawuf tarekat syadziliyah.
2. Sunan Gresik
Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim. Tahun lahirnya tidak diketahui, tetapi beliau wafat di tahun 1419. Sunan Gresik merupakan wali pertama dalam jajaran Wali Songo.
Berdasarkan silsilahnya, Sunan Gresik merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW. melalui Siti Fatimah yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib.
Sunan Gresik merupakan bapak dari Sunan Ampel. Selain itu, beliau juga merupakan kakek dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat.
3. Sunan Ampel
Nama aslinya adalah Raden Rahmat yang lahir di Kerajaan Champa, Vietnam. Beliau merupakan tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di Jawa Timur.
Sunan Ampel merupakan sunan pertama di Demak dan pemimpin asli Wali Songo.
Berdasarkan silsilahnya, Sunan Ampel merupakan anak dari putri Raja Champa. Beliau juga merupakan keponakan Raja Majapahit, sepupu Raden Patah.
Nama Sunan Ampel berasal saat beliau berdakwah pertama kalinya di Ampel Denta, Surabaya.
Cara berdakwah Sunan Ampel sangat pintar. Mulai dari mengajarkan molimo yang terdiri dari tidak berjudi, tidak mabuk, tidak mencuri, tidak mengisap obat-obatan, dan tidak berzina.
4. Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim
Sunan Bonang adalah putra dari Sunan Ampel. Semasa hidupnya, Sunan Bonang kerap berdakwah melalui kesenian agar bisa menarik masyarakat Jawa untuk memeluk agama Islam. Pernah mendengar lagu Wijil atau Tombo Ati yang dipopulerkan oleh Opick? Kedua lagu tersebut adalah hasil karya Sunan Bonang.
Untuk menambah unsur Islami dalam lagu-lagu yang digubahnya, Sunan Bonang memasukkan rebab dan bonang sebagai pelengkap dari gemelan Jawa. Oleh sebab itulah ia mendapatkan julukan Sunan Bonang.
5. Sunan Drajat atau Radem Qasim
Selain Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang, Raden Qasim yang juga putra dari Sunan Ampel dikenang oleh masyarakat di seluruh Tanah Air sebagai Sunan Drajat. Dalam misinya untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia, ia menggunakan kegiatan sosial sebagai ujung tombaknya.
Ia memelopori penyantunan anak-anak yatim dan orang-orang sakit. Selain itu Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat umum. Ia sangat mengedepankan sikap dermawan, kerja keras dan meningkatkan kemakmuran rakyat sebagai pengamalan agama Islam.
6. Sunan Giri (Raden Paku)
Sunan Giri yang bernama asli Raden Paku adalah putra Maulana Ishak. Beliau ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di Blambangan. Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta lalu setelah dewasa, melakukan perjalanan haji bersama Sunan Bonang.
Setelah pulang dari haji singgah di Pasai untuk lebih memperdalam ilmu agama saat itu Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren di daerah Giri lalu beliau mengirimkan banyak mengirimkan banyak juru dakwah ke berbagai daerah di nusantara untuk menyebarkan agama Islam.
7. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Shadiq. Lahir pada 9 September 1400 Masehi. Sebutan Sunan Kudus tercipta karena beliau memilih Kudus sebagai tempat berdakwah terlamanya hingga bertahun-tahun.
Sunan Kudus memiliki toleransi antar agama yang sangat tinggi. Dengan begitu, cara berdakwahnya adalah dengan mendekatkan agama Hindu Budha ke Islam.
8. Sunan Kalijaga atau Raden Said
Raden Said atau Sunan Kalijaga adalah anak dari adipati Tuban bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Agama Islam ia pelajari dari Sunan Bonang. Dari Sunan Bonanglah ia belajar menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam.
Kesenian yang kerap ia gunakan untuk berdakwah adalah wayang kulit dan tembang suluk. Banyak masyarakat yang memercayai bahwa tembak suluk Lir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul adalah hasil karya Sunan Kalijaga.
9. Sunan Muria atau Raden Umar Said
Raden Umar Said atau Sunan Muria adalah anak dari Sunan Kalijaga. Namanya, Muria, diperkirakan oleh masyarakat sekitar Kota Kudus berasal dari nama gunung, yakni Gunung Muria. Gunung Muria itulah tempat di mana kini Sunan Muria dimakamkan.
Gaya dakwah Sunan Muria pada umumnya mengambil metode yang digunakan ayahnya, Sunan Kalijaga, yakni menggunakan kesenian. Namun, Sunan Muria lebih senang tinggal jauh dari hiruk pikuk kota dan tinggal di daerah terpencil untuk menyebarkan agama. Ia juga turut mengajarkan cara bercocok tanam, jual beli dan melaut kepada rakyat jelata.