Mengenal Sejarah Beskap, Pakaian Adat Jawa untuk Laki-laki

Mengenal Sejarah Beskap, Pakaian Adat Jawa untuk Laki-laki

Provinsi Jawa Tengah memiliki keberagaman budaya Jawa yang sangat kental. Pasalnya, dahulu wilayah ini tergabung dalam Kerajaan Mataram Islam sebagai pusat peradaban Jawa sehingga Jawa Tengah menginspirasi banyak daerah lain dalam hal budaya, salah satunya pakaian adat, salah satunya ialah beskap.

Beskap diadaptasi dari pakaian jas Belanda dan berasal dari kata beschaafd yang berarti civilized atau berkebudayaan. Beskap dikenal dalam empat macam jenis, antara lain Beskap Gaya Jogja, Beskap Landung, Beskap Gaya Kulon, dan Beskap Gaya Solo. Warna kain beskap yang sering digunakan adalah hitam dengan desain sederhana dan kerah lurus tanpa lipatan, serta modelnya tidak simetris. Beskap kerap digunakan sebagai pakaian khas saat acara pernikahan adat Jawa dan umumnya dilengkapi dengan stagen, blangkon, jarik dan keris. 

instagram.com/arman_graphy

Berawal dari acara adat

KGPAA Mangkunegara IV bermaksud hendak menghadap raja di Pesanggrahan Langenharjo yang terletak di Desa Langenharjo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Dikarenakan tidak menghadap raja di Keraton, maka yang seharusnya menggunakan “sikepan” atau pakaian sejenis jas tertutup sampai bagian leher dan bagian belakangnya dibuat lengkungan, dengan pertimbangan lainnya, mestinya tidak harus memakai “sikepan”. Maka KGPAA Mangkunegara mempunyai ide untuk merubah baju jas barat atau rokkie menjadi baju corak Jawa.

Pada suatu hari, PB IX beserta Permaisuri dan para sentana mengadakan acara khusus di Pesanggrahan Langenharjo. Maka dari peristiwa menghadap dengan pakaian itu berlangsung di Pesanggrahan Langenharjo, maka jenis beskap tersebut diberi sebutan beskap Langenharjan.

Beskap memiliki arti yang sarat dengan kehidupan piwulang sinandhi, ajaran tersirat dalam filosofi Jawa. Kancingnya melambangkan tindakan-tindakan yang diambil harus diperhitungkan dengan cermat dan jangan sampai merugikan orang lain. Sabuk kain melambangkan ketekunan untuk berkarya. Sabuk yang disebut ubed  juga melambangkan bahwa manusia harus selalu ubed, tekun dan gigih. Jarik memiliki arti agar manusia tidak boleh iri atau serik.

Pada awalnya, beskap dan pakaian Jawi Jangkep merupakan satu kesatuan,yang berarti beskap merupakan bagian dari pakaian Jawi Jangkep. Namun seiring berjalannya waktu, beskap seringkali dipakai oleh pria secara terpisah.

Warna kain yang sering digunakan untuk membuat beskap adalah polos atau hitam dengan desain sederhana dan kerah lurus tanpa lipatan, model beskap dibuat tidak simetris sebagai berjaga-jaga untuk menyimpan keris. Namun kini beskap telah hadir dengan pilihan warna lain namun tetap dianggap sebagai pakaian adat yang sakral untuk acara spesial.