Jika kamu penasaran dengan pesona dan makna di balik balutan tradisional pengantin Sunda, maka beskap adalah jawabannya.
Mari kita bahas lebih lanjut apa itu beskap, asal usulnya, serta arti dan keharusan penggunaannya pada upacara pernikahan di tanah Pasundan.
Apa Itu Beskap?
Beskap adalah busana tradisional laki-laki yang berasal dari budaya Sunda. Secara umum, beskap terdiri dari baju kurung, celana panjang, kain sarung, dan ikat pinggang. Yang membuat beskap khas adalah penggunaan kain bermotif batik atau songket sebagai lapisan luar yang melengkapi busana tersebut.
Asal Usul Beskap
Beskap memiliki sejarah panjang yang mencerminkan kekayaan budaya Sunda. Kata "beskap" sendiri berasal dari bahasa Belanda, "jasje met knopen," yang berarti "jas dengan kancing." Pengaruh Belanda terlihat pada desain beskap yang menggabungkan unsur-unsur Eropa dan lokal.
Makna Penggunaan Beskap di Acara Pernikahan
Penggunaan beskap pada upacara pernikahan Sunda tidak hanya sekadar tradisi, tapi juga memiliki makna mendalam.
Beskap dianggap sebagai simbol kejantanan, keagungan, dan keharmonisan. Selain itu, beskap juga mencerminkan identitas dan kecintaan terhadap warisan budaya.
Pengantin pria yang mengenakan beskap pada hari pernikahannya dianggap telah siap secara fisik dan mental untuk memasuki kehidupan baru sebagai kepala keluarga.
Kelebihan beskap sebagai pilihan busana pernikahan adalah kemampuannya menampilkan kemewahan dan keanggunan, membuat setiap pengantin pria terlihat gagah dan elegan.
Kenapa pengantin Sunda harus mengenakan beskap? Selain menjaga tradisi dan mewarisi nilai-nilai budaya, penggunaan beskap pada upacara pernikahan di Sunda juga sebagai wujud rasa bangga terhadap akar budaya yang kaya.
Beskap bukan hanya busana, tapi juga manifestasi dari keindahan dan kearifan lokal.
Bukan sekadar pakaian, beskap adalah warisan yang bernilai tinggi dan membanggakan bagi masyarakat Sunda. Melalui balutan beskap, setiap pengantin pria Sunda memasuki lembaran baru dalam hidupnya dengan keanggunan dan makna yang mendalam. Gimana? Siapa pakai beskap Sunda?